Tour de Banda Aceh – Part 2

Standard

Another evening time in Banda Aceh…

Aku ingin menggunakan waktu satu mingguku di Banda Aceh dengan baik. Aku benar0benar ingin melihat kota Banda Aceh dari dekat, setelah penantian selama 2 tahun untuk pergi ke Banda Aceh untuk membantu korban Tsunami.

Perjalanan kali ini, aku ingin melihat bekas-bekas jejak langkah Tsunami di Banda Aceh. Mobil meluncur ke daerah pinggir pantai kota Banda Aceh menuju Ulee Lheue yang merupakan batas pantai kota Banda Aceh saat ini. Perlu diketahui juga bahwa batas pantai kota Banda Aceh berkurang sejauh 4-5km setelah Tsunami 2004. Batas perairan kini menjorok masuk ke daratan.

Kondisi jalan menuju ke Ulee Lheue memang belum pulih. Banyak rumah-rumah darurat didirikan untuk warga yang rumahnya tersapu oleh Tsunami. kondisi jalan pun masih rusak. kondisi lahan hijau. Namun ketika matahari beranjak masuk kedalam lautan, pemandangan alamnya memang sangat indah. Sejauh mata memandang kulihat perairan dari mana Tsunami datang, dan masih bisa kurasakan kehadirannya pada saat itu, tapi pegunungan yang membujur juga membuat pemandangan jadi begitu indah, dengan sedikit temaram cahaya bintang. Bulan pun bersinar pada malam itu. Hari semakin gelap kitap un menuju ke pelabuhan tempat penyeberangan dengan kapal feri cepat menuju Sabang, kota paling ujung Indonesia. (Sayang aku belum sempat meluangkan waktu ke Sabang, mudah-mudahan lain waktu aku bisa kesana)

Di pelabuhan itu pun terdapat PLTD apung yang terkenal itu, tapi pada saat Tsunami menghantam Aceh, PLTD apung ini terseret sejauh 4km dan terdampar di daratan dan menghancurkan rumah yang ada dibawahnya. Saat ini tidak ada yang bisa dilakukan untuk mengembalikan PLTD apung ini ke perairan. Rencana pemerintah propinsi, PLTD apung ini akan dijadikan museum sebagai saksi gelombang Tsunami 2004.

Kembali ke Ulee Lheue, di sepanjang garis pantai, pemerintah menempatkan bebatuan yang kabarnya digali dari pegunungan disekitar garis pantai. hal ini digunakan untuk menghalangi air atau gelombang air yang masuk ke daratan. Dan tampaknya sebagai antisipasi untuk meninggikan batas daratan dengan lautan. pembenahan infrastruktur ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Australia. Sebelum Tsunami, tempat ini biasanya dipenuhi orang-orang yang berwisata, biasanya hari Minggu pagi garis pantai ini akan penuh sesak dengan pengunjung. Setelah Tsunami jumlah pengunjung tidak terlalu ramai.

Kita pun kembali melanjutkan perjalanan kembali menuju kota Banda Aceh. Banyak rumah-rumah darurat yang terbuat dari kayu sumbangan dari pemerintah asing. Ada juga Radio Box sumbangan dari pemerintah Belanda. Sangat unik.

Banda Aceh Kota Nokia

Perjalanan pun berlanjut dengan keliling kota Banda Aceh. Sepanjang perjalanan banyak sekali kulihat gerai Nokia, Nokia dan Nokia. Sekali lagi, Nokia. Dimana-mana kutemukan gerai Nokia. Serasa berada di Helsinki, Finlandia kota asal Nokia. Karena itu kenapa kusebut “Banda Aceh Kota Nokia.” Well, tampaknya menjamurnya gerai Nokia atau pun gerai telekomunikasi di Kota Banda Aceh ini merupakan dampak dari gelombang Tsunami 2004 lalu. Masyarakat merasa penting dengan fasilitas dan sarana komunikasi yang terjangkau dan selallu ada, untuk selalul mengikuti perkembangan dan kondisi terkini dari karib kerabat. Ya, informasi dan komunikasi memang sangat penting saat ini.

ATM BCA di Banda Atjeh

Bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami, susah sekali mencari ATM BCA di Banda Aceh. aku menemukan beberapa. Satu di kawasan dekat pasar Aceh dan Masjid Baiturrahman. Satu ATM corner yang lebih besar di sekitar Rex. Dan aku kehilangan kartu ATM BCA ku ketika menarik uang di ATM ini. Mungkin terjatuh dan mungkin juga masih tertinggal di mesin ATM. Tapi aku baru menyadari kehilangan kartu ATM BCA ku ketika penerbangan pulang dan transit di bandara Polonia Medan ketika aku akan membeli bolu gulung keju ala Medan. Ya ampun! Untunglah tidak terjadi apa-apa meskipun aku langsung menghubungi Halo BCA untuk pemblokiran kartu. Sekarang aku sudah memililki kartu ATM baru dan ATM Bank Mandiri. In case, di saat perjalanan aku mengalami kesusahan untuk melakukan penarikan melalui rekening BCA.

Itulah, perjalananku di kota Banda Aceh…

About Mohammad Reiza

I first started blogging on wordpress in November 2006 that you can find at mohammadreiza.com and later in January 2007 I added another blog at reizamohammad.wordpress.com and I just recently added another blog in May 2013 at reizamonologues.wordpress.com

Leave a comment