II. Telaah Pustaka

Standard

1.    Landasan Teori

1.1.    Lingkungan Hidup

Salah satu pokok bahasan esai ini adalah pembangunan lingkungan hidup dan pengelolaannya. Bahasan pertama mengenai pengelolan sampah berbasis masyarakat di area metropolitan Jakarta. Menurut Wirjoatmodjo (2002) bahwa komponen darat dari proyek percontohan UNESCO mengenai Pengurangan Dampak Kota Besar pada Lingkungan Laut memiliki tiga area utama kegiatan:

1.    Pembangunan Sebuah Model Kerja untuk Pengelolaan Sampah di Komunitas Lokal

UNESCO bekerja sama dengan institusi lokal dan LSM di Jakarta untuk membangun sebuah model kerja untuk sebuah “Kampung Ramah Lingkungan”. Kegiatan-kegiatannya terfokus pada: a) pembentukan panitia lingkungan hidup pada tingkat masyarakat; b) peningkatan sistem pengumpulan sampah (pemilahan sampah); c) pengurusan sampah melalui kegiatan alternatif (pendaurulangan kertas, pengomposan, pembibitan tanaman menggunakan kompos yang diproduksi sendiri sebagai penyubur); d) program penghijauan; e) kesadaran masyarakat. Sebagai hasil dari kegiatan ini, persepsi masyarakat dan metode pengelolaan sampah telah diaplikasikan di area proyek percontohan. Pada awal 2001, UNESCO mengadakan kompetisi mendesain tempat sampah untuk pemilahan sampah. Dari karya yang diterima, dipilih lima desain prototip tempat sampah, dikonstruksi dan diuji di Kampung Banjarsari untuk menerima umpan balik dari masyarakat dan pemulung. Sesi-sesi pertemuan dan pelatihan diadakan untuk mengorientasi masyarakat seluruh kampung dan para pemulung mengenai sistem baru pengumpulan sampah. Ketika sistem baru ini sepenuhnya berjalan, ternyata sistem ini menjadi model yang mampu ditiru di perkampungan lain. Banjarsari menjadi sebuah contoh dari kampung ramah lingkungan untuk komunitas dan daerah lainnnya di Indonesia. Perwakilan dari komunitas lain, organisasi pelajar dan wanita telah mulai mengunjungi Banjarsari untuk mengikuti pelatihan mengenai pengelolaan dan proses daur ulang sampah.

2.    Pembangunan Sebuah Model Kerja untuk Pengelolaan Sampak Organik di Pasar Tradisional

Mengikuti pembelajaran mengenai hal degradasi organik, pusat-pusat pengkomposan telah didirikan di dua pasar dengan tujuan untuk mengurangi jumlah sampah organik yang dihasilkan. Mereka saat ini telah menjual kompos yang digunakan untuk penyubur tanaman obat. Pelatihan mengenai pengelolaan sampah telah diadakan untuk para penjual dan pembeli di pasar. Hasilnya,  tercatat 40% penurunan sampah organik di setiap pasar pada tiga bulan pertama dari program ini.

3.    Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pengenalan Pengelolaan Sampah dan Prinsip-Prinsip Daur Ulang Kepada Pelajar, Remaja dan Kelompok Masyarakat

Wisata belajar untuk kelompok masyarakat, remaja dan pelajar diadakan secara rutin untuk menunjukkan kepada mereka kondisi lingkungan hidup laut, dan memberikan kepada mereka pengertian tentang hubungan antara produksi sampah di darat dan efek-efeknya pada kondisi yang memburuk di sungai dan laut. Wisata belajar ini selalu dikombinasikan dengan diskusi panel untuk mencari solusi alternatif. Kursus pelatihan mengenai pengelolaan sampah, pengomposan, daur ulang, dan pemasaran produk-produk daur ulang dan pengelolaan kooperatif telah dilakukan secara rutin. Pada umumnya sesi pelatihan ini termasuk kunjungan ke salah satu situs proyek percontohan untuk secara langsung menunjukkan kepada para peserta hasil dari aktifitas pengelolaan sampah terpadu. Sering kali, masyarakat di area proyek percontohan ini secara langsung menyediakan pelatihan untuk masyarakat dari daerah lain. Sesi pelatihan disimpulkan melalui diskusi mengenai bagaimana peserta mampu mengadopsi kegiatan-kegiatan ini di tempat tinggal mereka. Pelatihan dan pendidikan lingkungan hidup juga diadakan di sekolah-sekolah. Di beberapa sekolah, para pelajar telah memulai sebuah sistem baru dalam pengelolaan sampah termasuk pengomposan di kebun sekolah.

1.2.    Kampanye Komunikasi

Menurut Shea dan Townsend (2005), kampanye komunikasi yang paling sukses adalah mendifinisikan dengan tepat target komunikasi mereka dan membangun pesan-pesan yang sesuai untuk mereka. Dalam hal ini, target komunikasi di dalam pembelajaran ini sudah bisa diidentifikasikan dengan mudah, yaitu remaja.

Shea dan Townsend (2005) juga menekankan tiga tujuan dari kampanye komunikasi pada umumnya – apa yang harus dicapai:

1.    Meningkatkan kesadaran: meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang suatu permasalahan atau menciptakan pengetahuan baru. Jika apa yang sebenarnya kita cari adalah keterlibatan masyarakat – remaja – dalam pembangunan berkelanjutan, maka perubahan sikap atau perilaku merupakan target yang lebih tepat.

2.    Perubahan sikap: merubah cara bagaimana masyarakat berpikir dan merasakan suatu permasalahan. Sedangkan perubahan sikap bisa menjadi sebuah pemicu untuk perubahan perilaku, hal itu tidak menjamin. Perubahan sikap melakukan, bagaimanapun, memiliki satu peranan penting dalam menyiapkan inisiatif kebijakan baru. Hal ini dapat membantu memastikan persetujuan terhadap legislasi baru, seperti halnya kewajiban mengenakan sabuk pengaman.

3.    Perubahan perilaku: mempengaruhi kegiatan masyarakat terkait dengan suatu permasalahan. Dalam hal ini usaha-usaha harus difokuskan jika kita ingin meraih tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan. Bagaimanapun juga, ini merupakan pendekatan jangka panjang, terkadang memakan waktu satu generasi untuk merasakan dampaknya.

UNESCO Jakarta bekerjasama dengan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA/Warta Bumi menerbitkan bulletin Lautku (Wirjoatmodjo, 2002). Hal ini merupakan salah satu sarana komunikasi untuk pendidikan lingkungan hidup, khususnya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelautan.

Buletin ini diterbitkan sejak Agustus 1999, hanya dengan delapan halaman dan tampak warna-warni ini sengaja dicetak cukup sederhana dengan target pembaca generasi muda – remaja. Buletin ini berisi tulisan dalam Bahsa Indonesia yang mudah dibaca, foto, sketsa dan karikatur. Buletin ini bertujuan menambah wawasan remaja, khususnya pelajar SMU dan anggota Pramuka, mengenai lingkungan laut dan pembangunan berkelanjutan.

Beberapa praktik kampanye komunikasi di atas sangat membantu untuk meningkatkan partisipasi remaja dalam pembangunan lingkungan hidup berkelanjutan, khususnya di Kampung Banjarsari.

1.3.    Partisipasi Remaja

Keterlibatan yang berarti dari generasi muda – remaja – di dalam kegiatan pelayanan dan pembelajaran-pelayanan dengan peningkatan dilihat sebagai mata rantai pembangunan generasi muda. Penelitian pembelajaran mendukung hubungan antara kesempatan untuk generasi muda untuk mengkontribusikan keahlian mereka melalui pelayanan dan hasil perilaku positif termasuk rasa memiliki, prestasi akademis yang lebih tinggi, peningkatan keyakinan diri dan penurunan kegiatan yang merugikan (Scales, P., & Roehlkepartain, E. 2004; RMC Corporation, 2005).

Data dari “Independent Sector” juga menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang terlibat di dalam pelayanan pada usia dini mengarah kepada internalisasi sikap filantropis yang berlangsung hingga usia dewasa dan diturunkan ke generasi berikutnya (Toppe, C., & Golombek, S., 2002).

Lebih jauh, menurut Golombek (2005), Pelayanan Remaja Amerika yakin bahwa usaha bersama atau gabungan antara berbagai elemen masyarakat untuk memotivasi dan mendukung partisipasi generasi muda dalam kegiatan kemasyarakatan, akan mengarahkan ke komunitas yang lebih kuat, sehat dan demokratis – dalam esensi, satu budaya di mana generasi muda adalah warga negara yang dilibatkan.

Keyakinan ini direfleksikan di dalam teori perubahan mereka yang menyatakan asumsi mengenai berbagai program dan hasil yang diharapkan. Secara spesifik dirumuskan untuk Hari Pelayanan Remaja, teori perubahan dinyatakan sebagai berikut:

Jika kita memimpin di dalam kampanye terkoordinasi untuk melibatkan remaja sebagai para pemimpin dari berbagai proyek pelayanan dengan melibatkan media dan pembuat kebijakan dan dengan menyediakan dukungan pragmatis, peraturan tertulis, dan pendanaan, maka kita akan menciptakan lingkungan yang mendukung di mana generasi muda diakui sebagai pemimpin dan model peranan positif di mata orang dewasa, media dan pembuat kebijakan.

Teori-teori mengenai partisipasi remaja di atas  mendukung peningkatan peran serta remaja di setiap aspek pembangunan, khususnya pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Jika generasi muda diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin, maka mereka akan memotivasi generasi muda lainnya untuk lebih terlibat dalam kegiatan pembangunan berkelanjutan lainnya.

2.    Kajian Pendapat

“Kami ingin menciptakan lingkungan yang bersih, ramah dan sehat,” ujar Pak Bambang Wahono, suami Bu Harini dan ketua Komite Lingkungan kampung sejak didirikan 1996.

Keinginan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman untuk ditempati merupakan motivasi awal untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan keterlibatan dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Dengan dasar yang sama, para remaja dimotivasi dan didukung untuk menciptakan inisiatif untuk berperanserta dalam penanganan masalah lingkungan.

“Masalah sampah merupakan masalah kita semua. Kita bisa bergandeng tangan dengan masing-masing yang kita punyai. Kita bisa saling memberi informasi,” ujar Sri Bebassari, ahli manajemen dan teknologi limbah padat, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknolgi (BPPT).

Dengan adanya informasi, warga, khususnya remaja, semakin termotivasi untuk lebih terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Di sini diperlukan kemampuan untuk menentukan model informasi atau kampanye komunikasi yang cocok dan sesuai untuk remaja. Jika kampanye komunikasi yang dipilih sesuai dengan karakteristik remaja, maka partisipasi remaja akan dengan mudah ditingkatkan.

Para rekan kelompok remaja menjadi pelatih dalam Pusat Kegiatan Daur Ulang (PKDU) berikut tempat pembibitan tanaman yang didirikan dengan bantuan UNESCO dan Yayasan Kirai Juni 1999. Pengembang PT Indoland Jaya menyediakan tanah untuk bangunan pusat dan menawarkan berbagai pelatihan. Ujang salah satu peserta pelatihan mengatakan, “Saya ingin menyumbangkan ilmu untuk masyarakat lewat pelatihan dan menyerap ilmu baru lewat seminar dan studi banding.”

Semakin banyak jumlah remaja yang berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan, semakin cepat tujuan pengelolaan lingkungan hidup tercapai. Tahap pertama adalah meningkatkan kesadaran remaja akan lingkungan hidup.  Tahap berikutnya, penggunaan media kampanye komunikasi yang tepat dan sesuai untuk remaja. Dengan demikian, tingkat partisipasi remaja di dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat ditingkatkan dengan mudah. Selain itu, metode yang serupa dapat digunakan juga di daerah-daerah lain.

3.    Penelitian Sebelumnya

Wirjoatmodjo (2002) mengatakan tentang kampung impian; di tengah-tengah kehidupan kota yang kumuh ada kampung yang tampil beda. Warga kampung Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, telah membenahi lingkungannya. Mereka memiliki lingkungan yang asri dan bersih di tengah-tengah wilayah Jakarta yang umumnya panas, kotor dan berpolusi udara akibat jumlah asap kendaraan yang tinggi.

Kampung ‘impian’ itu tercipta berkat kesadaran, kepedulian serta kerja keras hampir seluruh warga kampung. Ny. Harini Bambang Wahono, 73, merupakan motivator upaya tersebut melalui wadah Komite Lingkungan yang dibentuk UNESCO Jakarta pada 1996 (Wirjoatmodjo 2002).

Berbagai cara kampanye komunikasi telah dilakukan oleh Kampung Banjarsari untuk memotivasi warganya, khususnya para remaja, untuk lebih terlibat dalam pengelolaan lingkungan hidup di kampung tersebut. Dari pembuatan buletin Banjarsari hingga Mading (Wirjoatmodjo, 2004).

Wirjoatmodjo juga mengatakan bahwa sebagai sarana komunikasi dan pendidikan, majalah dinding (Mading) bisa berfungsi sebagai alat yang sangat efektif dan relatif murah biayanya. Masyarakat diarahkan untuk selalu membaca dan membutuhkan informasi. Materi Mading terdiri atas: berita kampung, pengetahuan mengenai PST, berita keluarga, resep masakan, kliping (guntingan berita dari Koran atau majalah) tentang lingkungan hidup, cerita lucu dan lain sebagainya. Dari keadaan di atas, isi Mading harus diperbaharui secara rutin, misalnya sebulan sekali. Beberapa anggota masyarakat memang senang menulis dan senang melakukan ‘fungsi wartawan kampung’, jadi sebaiknya ditugaskan sebagai orang yang bertanggungjawab atas Mading.

Bisa ditelaah bahwa buletin dan Mading merupakan alat kampanye komunikasi yang sangat efektif, dilihat dari efek dan biayanya yang relatif murah. Dengan cara kampanye komunikasi efektif ini, partisipasi remaja dalam pengelolaan dan pembangunan lingkungan hidup di Kampung Banjarsari bisa ditingkatkan secara berkelanjutan.

Dari situ, Wirjoatmodjo (2002) menyampaikan bahwa gerakan mengelola sampah secara terpadu di kampung Banjarsari melibatkan semua warga: kepala keluarga, ibu rumah tangga, remaja, anak-anak dan pembantu rumah tangga. Pengumpul sampah dan pemulung pun diajak berdialog tentang cara-cara mengurus sampah dengan lebih baik demi menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkungan. Di sini dapat dilihat bahwa partisipasi remaja dalam pengelolaan sampah secara terpadu di Banjarsari sudah ada dan mereka sungguh berpartisipasi aktif dalam kesuksesan Banjarsari sebagai proyek percontohan PST.

Pada tahun 2002, Dinas Pariwisata DKI telah menetapkan Banjarsari sebagai salah satu tujuan ekowisata di Jakarta Selatan. Tentu saja salah satu faktor pertimbangannya adalah untuk menjadikan proyek ini sebagai media pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat banyak. Dengan mengunjungi Banjarsari, diharapkan masyarakat memperoleh inspirasi untuk berbuat serupa di lingkungan mereka masing-masing (Wirjoatmodjo, 2004).

Lebih jauh lagi, perjalanan dan perkembangan Kampung Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan dari proyek percontohan pengelolaan sampah terpadu sampai menjadi salah satu situs ekowisata di Jakarta Selatan tidak lepas dari partisipasi warga, khususnya para remaja. Dalam jangka waktu 6 tahun (1996-2002), Banjarsari telah mampu membuktikan bahwa dengan kemauan tinggi dan keterlibatan seluruh warga, khususnya remaja, mereka berhasil menjadi proyek percontohan PST yang didukung oleh UNESCO Jakarta. Keberhasilan ini diikuti oleh pengembangan konsep serupa di berbagai daerah di seluruh Indonesia.

About Mohammad Reiza

I first started blogging on wordpress in November 2006 that you can find at mohammadreiza.com and later in January 2007 I added another blog at reizamohammad.wordpress.com and I just recently added another blog in May 2013 at reizamonologues.wordpress.com

9 responses »

  1. Hi,
    Langsung ajah yah… saya butuh informasi tentang training atau ToT pengelolaan sampah berbasis masyarakat, community development dan peningkatan kapasitas perempuan (yang ada hubungannya dengan livelihood gt deh…). Klu kamu punya infonya mohon beritahu saya yah… (tulisan kamu menarik!)
    Salam,
    Ulfa

    Like

  2. tulisan anda menarik untuk dikaji. dari tulisan anda saya terinsipirasi untuk membuat tulisan mengenai pembangunan indikator keberlanjutan eko-ifestyle (gaya hidup berwawasan lingkungan) di kampung hijau banjarsari cilandak jakarta selatan. secara umum gambaran kegiatan yang dilakukan masyarkat setempat yakni penghijauan, pengelolaan sampah, serta memproduksi pupuk organik, sehingga dari situ saya ingin megkaji bagaimana membangun gaya hidup berwawasan lingkungan yang telah mereka ciptakan dari tahun 1982 menjadi berkelanjutan. Saya meminta bantuan anda untuk memberikan informasi mengenai literatur apa saja yang bisa digunakan untuk mendukung tulisan saya tersebut. terima kasih untuk informasinya.

    carolyne

    Like

  3. Maaf kalau tanggapan dari masukan di atas sangat terlambat.

    – Ulfa: terima kasih banyak sudah berkunjung dan memberi masukan untuk tulisan ini. saya tidak tahu terlalu banyak mengenai hal-hal yang ditanyakan. Coba menghubungi UNESCO Jakarta, barankali mereka memiliki informasi yang lebih banyak dalam hal-hal tersebut.

    – Carolyne: terima kasih atas masukannya dan saya bersukur tulisan ini bisa menginspirasi untuk menulis hal lain yang berhubungan dengan gaya hidup. untuk referensi tulisan yang berhubungan dengan itu memang saya tidak ada banyak referensi. Coba di google: environment and lifestyle, saya pernah membaca buku yang berhubungan dengan ekonomi dan gaya hidup; atau misalnya pemanasan global dengan ekonomi konsumerisme. Saya yakin kedua hal tersebut berhubungan.

    – iEyha: silakan saja, dengan senang hati saya bisa berbagi ide dengan setiap pembaca disini.

    Terima kasih semua sudah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan.

    Salam,

    Reiza

    Like

  4. Pingback: 2010 in Review « Mohammad Reiza: up close and personal

  5. maaf mas reiza, kalau boleh tahu UNESCO di jakarta tersebut kalau g’ salah juga mendukung hal-hal terkait tentang pemberdayaan perempuan, remaja dan kesehatan juga ya_??? saya punya teman namanya Zurhan Afriadi, dia juga ikut di UNESCO jakarta tersebut, apa mas Reiza kenal dia_???

    Like

Leave a comment