III. Metode Penulisan

Standard

1.    Metode Penelitian

Metode pengkajian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif kualitatif, di mana peneliti-peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksikan wawancara-wawancara mendalam terhadap subjek penelitian. Di sini penulis bertindak sebagai fasilitator dan realitas dikonstruksikan oleh subjek penelitian. Selanjutnya penulis bertindak sebagai aktivis yang ikut memberi makna secara kritis pada realitas yang dikonstruksi subjek penelitian.

2.    Subjek Penelitian

Lokasi penelitian di lakukan di Kampung Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dengan alasan daerah ini mempunyai tiga unsur yang menarik minat penulis, yaitu lingkungan hidup, kampanye komunikasi dan partisipasi remaja. Selain itu, menurut Wirjoatmodjo (2004) pemilihan wilayah Banjarsari berdasarkan usulan dari LSM Yayasan Kirai Indonesia dan atas dasar beberapa pertimbangan antara lain:

1.    masyarakat Banjarsari bersifat heterogen, baik dari segi pendidikan, ekonomi , maupun budaya;
2.    pemuka masyarakat Banjarsari terbuka untuk menerima hal-hal baru;
3.    letak Banjarsari cukup mudah dicapai dengan transportasi umum sehingga cocok untuk dijadikan lokasi proyek percontohan yang bertujuan untuk menjadi tempat belajar bagi banyak orang;
4.    dalam suatu pelatihan yang diadakan UNESCO, dari sekian banyak peserta, tim Banjarsari yang dikoordinir oleh Ibu Bambang Wahono, telah menunjukkan bahwa mereka bersungguh-sungguh dalam menelaah program yang diperkenalkan.

Populasi penelitian ini adalah para remaja (berusia antara 18-24) dan para penggerak program pengelolaan lingkungan hidup di kampung Banjarsari. Sementara itu, subjek penelitian populasi sasaran penelitian ini ditentukan berdasarkan teknik purposif, karena tidak adanya kerangka sampling dari seluruh unsur yang terdapat dalam populasi tersebut. Dari sini subjek akan dipilih secara purposif sesuai dengan keperluan karena yang digali dalam penelitian ini adalah kedalaman informasi, bukan kuantitas responden. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah:

1.    Remaja berusia 18 – 24 tahun (sesuai dengan definisi PBB mengenai usia remaja);
2.    Warga penggerak program proyek percontohan pengelolaan sampah terpadu.

3.    Teknik Pengumpulan Data dan Informasi

Data dikumpulkan melalui wawancara yang mendalam dengan setiap subjek penelitian. Wawancara ini dilakukan secara tatap muka antara peneliti dan responden dan melalui telepon (phone interview). Di sini peneliti bertindak sebagai instrumen utama penelitian.

Selain itu, selama program magang di UNESCO Jakarta, beberapa bahan terkait lingkungan hidup dan juga Banjarsari sebagai proyek percontohan PST dikumpulkan untuk mendukung penyelesaian penulisan esai ini.

Penelitian untuk penulisan esai ini dilakukan secara praktis bersamaan dengan penelitian untuk penulisan skripsi di area yang sama – Kampung Banjarsari – yang diadopsi oleh UNESCO Jakarta sebagai proyek percontohan PST. Sebagai hasilnya, masyarakat di kampung Banjarsari mampu menghasilkan produk-produk lingkungan hidup mereka sendiri untuk meningkatkan kapasitas ekonomi warga melalui perputaran aktifitas yang memiliki nilai tambah di antara warga mereka. Keberhasilan program-program ini didukung secara mandiri oleh pemikiran luas mengenai pendekatan komunikasi sosial warga.

Beberapa penelitian lapangan dilakukan dalam beberapa hari di kampung yang bersangkutan. Peneliti mengamati program kampanye komunikasi sehari-hari yang dilakukan oleh warga dan menganalisa apa yang dilakukan dan bagaimana hal itu dilakukan. Lebih jauh, peneliti juga mengumpulkan karakteristik sosial dan demografis dari kampung Banjarsari.

Di samping melakukan penelitian lapangan, beberapa informasi dikumpulkan dari institusi dan/atau organisasi terkait dengan tujuan untuk mendukung dan memperkuat ketepatan dan kredibilitas dari hasil penelitian. Cara lain mengumpulkan data dan informasi yaitu dengan berkonsultasi dengan para pakar (profesional, praktisi dan dosen) di bidang komunikasi, lingkungan hidup dan kepemudaan.

4.    Pengolahan Data dan Informasi

Data dan informasi diolah dengan membandingkan dan mempertentangkan hal-hal yang ekstrim dan memilih kunci-kunci perbedaan yang muncul dalam setiap kategori. Selain itu, pengolahan data dan informasi dilakukan dengan menulis rangkuman singkat (overview) mengenai data yang telah terkumpul untuk setiap kategori. Selain itu, pembelajaran ini akan digabungkan dengan beberapa bahan yang didapatkan dari penulisan-penulisan esai, seminar, workshop mengenai lingkungan hidup dan juga keikutsertaan penulis pada “Eco-Camp” Duta Belia Lingkungan Hidup Bayer 2006 yang lalu, tepatnya mengenai peranan remaja di dalam pembangunan lingkungan hidup yang berkelanjutan.

Hasil penelitian juga akan dikombinasikan dengan semua data dan contoh-contoh kasus yang ada selain dengan bahan yang telah dikumpulkan selama program study banding lingkungan hidup di Jepang tahun 2002 dan 2005 juga penelitian praktis mengenai komunikasi lingkungan hidup di Korea Selatan bulan Juli hingga Agustus 2006. Di sini peranan kampanye komunikasi pada pembangunan lingkungan hidup akan lebih jauh dijabarkan.

5.    Teknik Analisis-Sintesis

Analisis data dalam pendekatan kualitatif-konstruktivis didahului oleh upaya mengungkap tingkat kepercayaan (trustworthiness) para subjek penelitian dengan cara menguji kebenaran dan kejujuran subjek penelitian dalam mengungkap realitas. Tingkat kepercayaan ini diuji melalui pengujian: kredibilitas subjek, dengan menguji jawaban-jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Berikutnya adalah menguji autentisitas, yaitu peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi pengungkapan konstruksi personal yang lebih detail. Selanjutnya peneliti melakukan triangulation analysis, yaitu menganalisis jawaban subjek penelitian dengan meneliti autentisitas berdasar data empiris yang ada. Peneliti menjadi fasilitator untuk menguji keabsahan setiap jawaban berdasarkan dokumen atau data lain, serta alasan (reasoning) yang logis. Tahapan berikut adalah melakukan intersubjectivity analysis, artinya semua pandangan, pendapat ataupun data dari suatu subjek penelitian, dikomunikasikan dengan pendapat, pandangan, ataupun data dari subjek lainnya.

Hasil wawancara ini kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan kategori-kategori analisis (filling system) yang telah ditentukan dalam analisis domain seperti terlihat dalam tabel di bawah ini:

Analisis Domain    Analisis Taksonomik
•    Status Sosial Ekonomi
•    Klasifikasi dalam Masyarakat

•    Terpaan Kampanye Komunikasi
•    Jenis Media
•    Opini tentang Kampanye Komunikasi Lingkungan Hidup
•    Sikap

•    Perilaku Partisipasi
•    Alasan Berpartisipasi    Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan
Anggota Komite Lingkungan, Aktif di Karang Taruna, organisasi lingkungan

Tinggi, Sedang, Jarang
Buletin, Mading, Brosur

Suka, Tidak Suka, Netral
Program Lingkungan Hidup, Anggota Komite, Platform Kegiatan
Ragam Kegiatan dalam Program
Berbagai Alasan Berpartisipasi

6.    Pengambilan Simpulan

Kesimpulan diambil setelah mengintegrasikan semua temuan data dengan interpretasi peneliti dan konsep-konsep kunci dalam draft atau format yang berbeda atau lain (Kriyantono, 2006).

7.    Perumusan Saran dan Rekomendasi

Saran dan rekomendasi dirumuskan dengan merujuk pada kesimpulan yang dibuat berdasarkan analisis data dan informasi.

About Mohammad Reiza

I first started blogging on wordpress in November 2006 that you can find at mohammadreiza.com and later in January 2007 I added another blog at reizamohammad.wordpress.com and I just recently added another blog in May 2013 at reizamonologues.wordpress.com

7 responses »

  1. masih ada program magangnya???kebetulan lagi libur…tunggu pengumuman…

    saya sangat berminat untuk mengikuti program magang yang ada, terlebih mengenai lingkunga,&anak2

    terima kasih.

    Like

  2. Assalamualaikum
    Ketika saya sedang mencari artikel tentang banjarsari saya cukup tertarik dengan tulisan reiza. Menurut saya topik yang reiza tawarkan memang sangat bagus. Untuk sekedar berbagi, mungkin ada beberapa hal yang bisa reiza ambil dari pengalaman saya karena saat ini saya sedang melakukan penelitian di daerah tersebut. Semoga bisa membantu reiza…
    Saya tidak akan membahas tentang bagaimana komunikasi yang efektif, karena menurut saya reiza lebih menguasai hal tersebut. Dalam hal ini saya hanya akan sedikit memberi gambaran mengenai pengelolaan sampah di kampung banjarsari karena dalam tulisan reiza ada beberapa hal yang menurut saya kondisi nya tidak lagi sesuai dengan kenyataan di lapangan.
    Mengenai pernyataan
    ”Wirjoatmodjo (2004) mengatakan bahwa dari tahun ke tahun, jumlah warga yang aktif melakukan pembibitan dan menjual tanaman obat terus bertambah. Berdasarkan pernyataan ini, dapat dianalisa dan simpulkan bahwa partisipasi remaja pun meningkat dari tahun ke tahun”
    Menurut saya pernyataan ini menjadi terlalu cepat untuk disimpulkan, karena pada kenyataannya walaupun penghijauan ataupun pelatihan Pengelolaan Sampah Terpadu (PST) meningkat, partisipasi remaja maupun masyarakat saat ini justru menurun.
    Berdasarkan wawancara yang pernah saya lakukan dengan beberapa pemuda di kampung banjarsari, pada saat menjadi pilot project UNESCO pemuda di kampung banjarsari memang melakukan daur ulang kertas, bahkan daur ulang kertas tersebut sudah masuk ke PASAR RAYA. Hanya saja saat ini kondisinya daur ulang kertas tersebut tidak dilakukan lagi dengan alasan pemuda di sana sudah bekerja dan tidak ada yang meneruskan serta Lahan yang digunakan untuk mendaur ulang sampah kertas sudah dibangun.
    Remaja di Kampung banjarsari pun tidak banyak yang tahu bahwa daerah mereka sudah memiliki media komunikasi berupa sebuah situs yang dinamakan http://banjarsariasri.com
    Kemudian dalam pembahasan reiza diugkapkan
    “Media yang digunakan adalah buletin, mading dan brosur. Sesuai dengan karakteristik remaja yang menyukai hal-hal yang ekspresif dan partisipatif, membuat buletin merupakan media yang efektif dalam kampanye komunikasi. Di sini mereka terlibat sebagai wartawan kampung yang bertugas untuk mengumpulkan dan menulis berita di buletin”.
    ”jenis media yang digunakan dalam kampanye komunikasi juga berpengaruh pada kenaikan jumlah partisipasi remaja dalam pembangunan PST Banjarsari menjadi situs ekowisata di Jakarta Selatan.
    ”Jenis media yang digunakan dalam kampanye komunikasi merupakan kategori kelima yang kita gunakan untuk menganalisa partisipasi remaja. Media yang digunakan adalah buletin, mading dan brosur. Sesuai dengan karakteristik remaja yang menyukai hal-hal yang ekspresif dan partisipatif, membuat buletin merupakan media yang efektif dalam kampanye komunikasi. Di sini mereka terlibat sebagai wartawan kampung yang bertugas untuk mengumpulkan dan menulis berita di buletin”.
    Saya khawatir kalau analisis yang reiza pakai pada kategori kelima, untuk kampanye komunikasi adalah media buletin, mading dan brosur hal ini tidak bisa dilakukan karena Saat ini mading maupun leaflet tidak lagi ada, sepanjang yang saya tahu memang banjarsari pernah mengeluarkan buletin tetapi saat ini tidak berjalan lagi.
    Jadi menurut saya perlu dikaji terlebih dahulu keterlibatan remaja saat ini dalam pengelolaan sampah Terpadu (PST) dan bagaimana kondisi eksisting media komunikasi remaja saat ini, mengingat dalam tulisan reiza lebih banyak ditekankan media komunikasi berupa leaflet, mading dan buletin padahal media komunikasi tersebut sudah tidak ada.
    keterlibatan remaja di Kampung Banjarsari lebih banyak diwadahi dalam suatu kelembagaan tersendiri yaitu karang taruna. Mungkin juga media komunikasi mereka justru melalui kegiatan di karang taruna bukan berdasarkan media komunikasi berupa mading, leaflet ataupun buletin .
    mengenai metode yang digunakan saya pernah membaca bebrapa tesis mengenai pertisipasi masyarakat. Mungkin bisa menggunakan gabungan metode kualiatif dan kuanitatif dengan path analisis,mengingat reiza akan membahas komunikasi secara sistem maupun individual (ini sejauh yang saya pahami lho..) .
    Saya rasa, apa yang ditulis reiza memang banyak berdasarkan buku pertama dan kedua yang ditulis oleh ibu nuning. Tetapi menurut saya, buku tersebut tidak dapat dijadikan referensi untuk menggambarkan kondisi saat ini. Buku ibu nuning tersebut menggambarkan kondisi saat masih menjadi PILOT project UNESCO. Ada baiknya dilakukan dahulu studi pendahuluan terhadap remaja di banjarsari. Mereka cukup terbuka dengan orang – orang yang datang ke banjarsari. Ataupun bisa korespondensi via email dengan admin banjarsariasri.
    Mudah – mudahan cukup berguna untuk penulisan skripsinya. Maaf kalau ada kesalahan. Semoga bisa saling membantu.
    wass
    -Nisa-PSM ilmu lingkungan UNPAD-

    Like

  3. Terima kasih semua untuk saran, kritik dan masukannya.

    – Dewi: kalau untuk program magang tampaknya masih ada, coba di google, mudah-mudahan informasinya ada di Internet.

    – Suleman: terima kasih juga sudah berkunjung ke blog saya. Sukur kalau memang berguna untuk pembaca.

    – Nisa: terima kasih banyak sudah memberikan masukan yang mendalam. sebenarnya tulisan ini bukan skripsi atau thesis saya. hanya paper yang saya tulis karena saya suka mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan hidup. semoga bisa menjadi rujukan, meskipun tidak sesuai dengan kondisi yang ada saat ini.

    – Abdul Katar: terima kasih juga sudah membaca tulisan ini. semoga tulisan-tulisan kedepan bisa lebih bermanfaat.

    Salam,

    Reiza

    p.s. maaf kalau tanggapan atas masukan-masukan di atas terlambat di-posting.

    Like

  4. Pingback: 2010 in Review « Mohammad Reiza: up close and personal

Leave a comment